Add caption |
Kisah
di dalam al-Qur’an selalu saja menarik perhatian untuk ditadaburi dan
direnungkan sehingga membuat mata hati semakin terasah, bagaimana tidak!
Cahaya al-Qur’an akan selalu memancar selama ia mendapatkan porsi yang
kuat dalam diri kita. Sebagaimana kisah Balqis yang terguncang hatinya
setelah menerima surat dari Nabiyullah Sulaiman yang akhirnya beliau
memutuskan untuk masuk Islam.
قَالَتْ يَا أَيُّهَا الْمَلأ إِنِّي أُلْقِيَ
إِلَيَّ كِتَابٌ كَرِيمٌ (29) إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ
اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (30) أَلا تَعْلُوا عَلَيَّ وَأْتُونِي
مُسْلِمِينَ – 31
“Berkata (Balqis) “Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi) nya, “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.” (Q.S. An-Naml: 29-31).
Yang menarik dalam surat ini menurut
Balqis, bagaimana nama Nabi Sulaiman tidak didahulukan atas nama Allah
sebagimana surat-surat yang biasa ia terima. Yang mana isi surat
tersebut untuk mengagungkan Allah dan beribadah kepadanya. Dari sinilah
Balqis kagum dan memunculkan terus rasa penasaran kepada Nabi Sulaiman
As. (Lihat: Tafsir al-Kabiir, Jilid: 7/194).
Dengan satu kata kalimat,
“Bismillahirrahmanirrahim” bisa menggungcangkan Balqis untuk turun
gunung menemui Nabiyullah Sulaiman, dengan beraneka cara dan diskusi
akhirnya Balqis menyatakan masuk Islam sebagaimana firman Allah,
صَّرْحَ ۖ فَلَمَّا رَأَتْهُ حَسِبَتْهُ لُجَّةً
وَكَشَفَتْ عَنْ سَاقَيْهَا ۚ قَالَ إِنَّهُ صَرْحٌ مُمَرَّدٌ مِنْ
قَوَارِيرَ ۗ قَالَتْ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي وَأَسْلَمْتُ مَعَ
سُلَيْمَانَ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Masuklah ke dalam istana”. Maka
tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar,
dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya
ini adalah istana licin terbuat dari kaca”. Berkatalah Balqis: “Ya
Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku
berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam”. (Q.S. An-Naml: 44).
Kemudian
Balqis mengakui bahwasannya dirinya telah berbuat dzolim kepada dirinya
sendiri, karena menyembah selain Allah dan beliau memutuskan Islam
bersama nabi Sulaiman. (Lihat: al-Kasysyaf, Jilid: 3/370).
Maka kekuatan sebuah surat terkadang
bisa menggungcangkan dunia persilatan, sebagaimana kisah Balqis dengan
Nabi Sulaiman. Apalagi di dalamnya terdapat tulisan untuk memuliakan
nama Allah. Jadi surat sakti bukan hanya masa sekarang saja akan tetapi
sudah ada di masa Nabiyullah Sulaiman yang berhasil menundukkan Balqis.
Semoga Allah senantisa menjaga kita semuanya, Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar